Rabu, 28 September 2016

FMEA (Failure Mode Effect Analysis) PUSKESMAS TELAGA

I. Pendahuluan
Harus diakui, pelayanan kesehatan pada dasarnya dalah untuk menyelamatkan pasien sesuai dengan yang diucapkan Hipocrates kira-kira 2400 tahun yang lalu, yaitu non nocere (First, do no harm). Namun diakui dengan semakin berkembangnya ilmu dan tekonologi pelayanan kesehatan semakin kompleks dan berpotensi terjadinya Kejadian Tidak DIharapkan – KTD (adverse event) apabila tidak dilakukan dengan hati-hati.
Pada tahun 2000 Institute of Medicine di Amerika Serikat menerbitkan laporan yang mengagetkan banyak pihak: “TO ERR IS HUMAN” , Building a Safer Health System. Laporan itu mengemukakan penelitian di rumah sakit di Utah dan Colorado serta New York. Di Utah dan Colorado ditemukan KTD (Adverse Event) sebesar 2,9 %, dimana 6,6 % diantaranya meninggal. Sedangkan di New York KTD adalah sebesar 3,7 % dengan angka kematian 13,6 %. Angka kematian akibat KTD pada pasien rawat inap di seluruh Amerika yang berjumlah 33,6 juta per tahun berkisar 44.000 – 98.000 per tahun. Publikasi WHO pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara : Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6 %. Dengan data-data tersebut, berbagai negara segera melakukan penelitian dan mengembangkan Sistem Keselamatan Pasien.
Di Indonesia data tentang KTD apalagi Kejadian Nyaris Cedera (Near miss) masih langka, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan “mal praktek”, yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Dalam rangka meningkatkan keselamatan pasien di Puskesmas Telaga, maka dianggap perlu untuk mengindentifikasi risiko-risiko yang dapat terjadi pada layanan klinis serta menganalisa dan menindak lanjuti risiko-risiko tersebut.
II. Definisi
Failure Mode and Effects Analysis (FMEA) adalah suatu metode sistematik yang digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana proses dapat gagal, kenapa gagal dan pencegahan sebelum terjadi kegagalan tersebut.
Beberapa istilah yang sering digunakan dalam FMEA :
-          Failure : hilangnya fungsi karena sesuatu kondisi
-          Failure mode : cara failure muncul
-          Failure cause : penyebab mendasar yang mempengaruhi proses sehingga terjadi failure
-          Failure effect : konsekuensi segera dari failure.
-          RPN (Risk Priority Number) : severity x probability x detection
-          Severity : kemungkinan terburuj dari failure
-          Probability : kemungkinan terjadinya failure
-          Detection : kemungkinan tidak terdeteksinya failure
III. Tujuan
Untuk mengidentifiksi risiko-risiko yang mungkin terjadi dalam pelayanan klinis di Puskesmas Telaga, serta kemudian menganalisis dan menindaklanjuti risiko-risiko tersebut.
IV. Identifikasi Failure Modes
Langkah pertama yang dilakukan oleh tim FMEA adalah mengobservasi proses dan sub proses / alur pelayanan yang ada di Puskesmas Telaga. Proses yang diobservasi oleh tim FMEA adalah :
1.      Pelayanan Rawat Jalan
2.      Pelayanan Rawat Inap dan UGD
3.      Pelayanan Apotek
4.      Pelayanan Laboratorium
Setelah observasi, ditetapkan kemungkinan-kemungkinan failure dari setiap proses dan effect dari setiap kemungkinan failure tersebut.
Selanjutnya ditentukan bagaimana seriusnya efek yang terjadi pada pasien. Untuk setia efek :
-          Diperkirakan likehood of failure (occurance scale rank)
-          Diperkirakan severity of failure (severity scale rank)
-          Diperkirakan probability that failure is detected (detection scale rank)
-          Kemudian dihitung Risk Priority Number (RPN)
CI  =  OCC x SV x DT
Data – data tersebut kemudian dimasukkan kedalam FMEA Worksheet.

Kemungkinan Failure
Effect dari kemungkinan failure
Tulisan pada resep tidak jelas
Salah obat, salah dosis
Presepan tidak lengkap/ incomplete
Salah dosis, salah jumlah obat
Tertukarnya identitas pasien pada saat penyuntikan di ruang rawat ianp
Salah obat, salah penanganan
Tertukarnya identitas pasien pd saat pemeriksaan di laboratorium
False positive, salah terapi/penanganan
Tekanan darah pasien tidak diukur dengan benar
Salah diagnose, salah terapi/penanganan
Rusaknya IPAL
Bau busuk, pencemaran lingkungan Puskesmas
Pasien jatuh ditangga pada saat transfer pasien dari UGD ke ruangan rawat inap
Pasien cedera

Senin, 19 September 2016

Inhouse Training

Beberapa hari yang lalu, tepatnya tanggal 14 - 18 September 2016 Puskesmas Telaga disurvey oleh Tim Akreditasi FKTP Kementrian Kesehatan RI . Salah satu surveyor mengusulkan untuk dilakukan semacam inhouse training di Puskemas.
Inhouse Training adalah sebuah bentuk program pelatihan dimana materi pelatihan, waktu serta tempat pelatihan ditentukan sesuai dengan yang diminta dan dibutuhkan oleh peserta atau instansi yang meminta. Umumnya kegiatan ini  dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM ditempatnya.
Puskesmas Telaga pernah satu kali melaksanakan inhouse training, walaupun pada awalnya kami tidak menyebut kegiatan tersebut secara spesifik sebagai Inhouse training. Kegiatan tersebut adalah Sosialisasi Pertolongan Pertama Pada Gawat Darurat (PPGD). Pesertanya adalah perawat dan bidan di Puskesmas Telaga, sedangkan pemateri adalah perawat dan dokter yang telah mengikuti pelatihan PPGD dan bersertifikat.
Manfaat yang bisa didapatkan dari kegiatan tersebut adalah :
  1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) 
  2. Menciptakan interaksi antara peserta. 
  3. Mempererat rasa kekeluargaan dan kebersamaan antara staf
  4. Meningkatkan motivasi dan budaya belajar yang berkesinambungan
  5. dan masih banyak sekali tujuan in house training maupun manfaat in house training yang biasanya diharapkan oleh para penyelenggara.
Semoga postingan ini dapat memberi manfaat bagi teman-teman sejawat lain.


BENTUK KOMUNIKASI INTERNAL PUSKESMAS TELAGA

MinLok Bulanan 

Briefing

Apel pagi

Monitoring Kapus